DESAIN DAN PROPOSAL PENELITIAN
2..1. DESAIN
PENELITIAN
Hal terpenting
yang
harus
diperhatikan
peneliti
dalam
menyusun
dan memilih langkah – langkah metodologinya adalah menjelaskan variabel
–
variabel yang terkait di dalam penelitiannya
Ada empat atribut variabel yang perlu dijelaskan yaitu :
1. Nama variabel
2. Definisi
3. Klasifikasi
4. Instrumen atau cara pengamatannya
Jika keempat
atribut variabel tersebut
telah dijelaskan, dapat dikatakan
bahwa variabel penelitian telah dioperasionalkan. Hanya variabel – variabel
yang dapat dioperasionalkanlah yang dapat
diteliti. Variabel yang tak teroperaionalkan tidak dapat diteliti.
Variabel penelitian sedikitnya dapat digolongkan ke dalam kelompok
variabel diskrit, pengklasifikasiannya akan bersifat
nominal atau kategorial atau saling terpisah, seperti variabel
jenis kelamin, pekerjaan, agama, dan sebagainya. Bilangan
yang bisa dilekatkan pada variabel diskrit
adalah 1 atau
0. Sedang untuk variabel kontinum,
pengklasifikasiannya
bersifat
ordinal,
interval atau rasio. Klasifikasi ordinal
berdasarkan rank, dengan pencatatan
secara ordered, misalnya : 1. Untuk jenjang
tertinggi, 2. Untuk jenjang dibawahnya, dan seterusnya. Untuk klasifikasi interval dan rasio, bilangan pencatatannya bergerak
dari
angka
0
sampai
berapa saja sesuai
dengan
penskalaan yang digunakan oleh peneliti.
Yang
penting untuk dipastikan bahwa peneliti telah menetapkan
kaidah ataunorma yang digunakan sebagai
dasar pengklasifikasian.
Dalam penelitian eksperimental, baik eksperimental murni
maupun eksperimental ex post facto. Variabel – variabel penelitian sering diklasifikasikan ke dalam variabel
terikat dan variabel
bebas serta variabel
kendali. Variabel terikat
merupakan
variabel
perilaku sebagai kriterium darimana efek perlakuan hendak dinilai, sementara variabel bebas
merupakan variabel perlakuan yang efeknya akan dinilai melalui
kriterium dan variabel kendali merupakan variabel yang dikontrol,
dipersamakan,
disetarakan, dinetralkan atau dieliminasi efeknya terhadap variabel perilaku.
Variabel – variabel lain yang tidak
diamati
diperlakukan sebagai
variabel ambang.
Pentingnya operasionalisasi variabel terletak pada implakasinya dalam
penentuan instrumen atau cara pengumpulan data penelitian, serta dalam penentuan rancangan penelitian. Instrumen pengamatan merupakan
alat
untuk mengumpulkan data variabel yang diteliti.
Instrumen itu bisa berujud
alat yang sangat sederhana seperti check – list, interview
schedule sampai alat
– alat elektronik yang canggih. Sebagian
instrumen mungkir
sudah tersedia, sebagian lainnya
belum tersedia dan harus disusun.
Jika
instrumen telah tersedia peneliti harus mampu memilih alat – alat
yang
ada dengan
memperhatikan 3 syarat : (1). Relevansi,(2). Akurasi, (3). Keandalannya.
Dua syarat pertama masuk dalam syarat validitas, sedang yang ketiga merupakan syarat
realibilitas. Peneliti wajib membuktikan bahwa ketiga syarat tadi telah
dipenuhi dalam menyusun instrumen penelitiannya.
Ada syarat
keempat
yang
jika
berhasil
dipenuhi
akan
membuat
instrumen penelitian menjadi
makin baik, yaitu standarized. Persyaratan ini menuntut agar instrumen penelitian telah ditera atau diseragamkan
cara
penggunaannya. Misalnya ukuran berat, panjang, suhu, dan sebagainya.
Setelah menjelaskan variable – variable yang terkait dalam
penelitiannya, seorang peneliti perlu membuat research design yang umumnya memuat : (1). Model struktur sampling, dan (2). Model analisis data.
Berapa banyak sampel yang akan diteliti,
bagaiman mengatur smpel –smpel itu sehingga menjadi suatu rancangan sampel
yang memadai, akan sangat
tergantung pada permasalahan penelitian dan strategi
yang telah ditetapkan
untuk memecahkan permasalahan tersebut. Jadi sebenarnya merancang sampel hanya
sebagai
tindak turunan saja dari
strategi penelitian yang ditetapkan, bukan
sebaliknya. Namun istimewanya, pengetahuan yang luas
mengenai rancangan sampel
dapat membantu pemilihan strategi
penelitian.
Dari sekian
banyak rancangan sampel yang ada dalam kepustakaan
bisa dibedakan menjadi 2 bagian besar
:
Rancangan dasar (basic design) dan Rancangan paduan (combinatorial design).
Ketepatan pemilihan rancangan penelitian sangat menentukan presisi infernsi penelitian.
Pada dasarnya ada 4 rancangan sampel :
1.
Rancangan satu sampel, dengan pengamatan satu variable atau lebih.
2.
Rancangan
satu sampel,
dengan pengamatan ulangan.
3. Rancangan
satu
faktor
(single
factor
design), dalam rancangan ini digunakan sejumlah sampel
yang di klasifikasi atas dasar hanya satu
variable.
4. Rancangan facktorial, dalam rancangan
ini digunakan sejumlah
sampel yang di klasifikasikan atas dasar dua variable, tiga
variable atau lebih. Di samping rancangan
diatas terdapat juga rancangan campuran dari
rancangan – rancangan diatas yang
tiada
lain
merupakan
perluasan
dari
rancangan dasar. Masing – masing
rancangan penelitian
memiliki
model
analisis sendiri – sendiri, dan setiap model analisis memiliki
andaian tertentu. Karena itu dalam
mempelajari rancangan penelitian sekaligus dipelajari model – model
analisisnya serta asumsi – asumsi yang mendasarinya.
Telah dikemukakan bahwa salah satu dasar ilmiah suatu penelitian
terletak pada metodologinya, dan dalam
metodologi itu kecanggihan rancangan penelitian memegang peran sangat
penting. Setelah menentukan rancangan penelitian
maka masalah berikutnya yang harus diperhatikan oleh
peneliti adalah mengenai sampel. Masalah
sampling
merupakan
masalah
penting dalam setiap penelitian ilmiah, karena
:
(1).
Penelitian ilmiah sering
dilakukan terhadap sampel, (2). Setiap usaha meningkatkan generalisasi
hasil – hasil penelitian dihadapkan pada kenyataan terjadinya
kesalahan yang diakibatkan oleh kesalahan sampling, (3). Untuk
meningkatkan kualitas hasil penelitian diperlukan pengetahuan yang sebaik
–
baiknya
mengenai
masalah sampling.
2.2.Arti Proposal
Penelitian
Proposal penelitian
adalah suatu usulan penelitian
yang diajukan oleh seseorang atau suatu badan/
perusahaan/ organisasi untuk
menghasilkan suatu output
tertentu atau
memberikan jasa penelitian kepada sponsor atau pendukung.
Adapun
maksud
proposal
penelitian
adalah
sebagai
berikut:
1. Untuk
merumuskan masalah apa
yang
akan
diteliti dan mengapa
masalah tersebut penting.
2. Untuk
mengkaji upaya penelititan‐penelitian lain yang telah dilakukan
dalam masalah serupa.
3. Untuk menguraikan jenis data yang diperlukan dalam penyelesaian
masalah dan bagaimana
metode pengumpulan data, pengolahan data dan menganalisisnya.
2.2.1.Jenis Proposal
Penelitian
1. Proposal Internal
Proposal internal yang kebanyakan dibuat oleh sebuah
perusahaan pada umumnya lebih ringkas dibandingkan dengan proposal eksternal. Biasanya dilakukan
oleh
staf
perusahaan
atau
bagian Litbang (penelitian dan
pengembangan).
2. Proposal Eksternal
Jenis proposal eksternal dapat dibedakan menjadi
proposal pesanan dan proposal bukan pesanan. Proposal pesanan biasanya harus melalui
sebuah persaingan untuk mendapatkan
kontrak
atau dana dengan proposal yang diajukan pihak lain. Proposal bukan pesanan
menggambarkan saran dan anjuran
peneliti untuk
sebuah penelitian yang
mungkin akan dilaksanakan.
2.2.3.
Manfaat
Proposal
a. Manfaat bagi peneliti
1.
Persamaan Persepsi Permasalahan
Permasalahan yang akan diselidiki merupakan permasalahan yang diinginkan untuk
diselidiki oleh manajer.
2.
Orientasi
Penelitian Keseluruhan
Dengan menyusun proposal terlebih dahulu sebelum melaksanakan penelitian, peneliti menjadi lebih mampu melihat
keseluruh aspek penelitian. Data apa saja yang harus dikumpulkan, metoda analisis yang akan
dipergunakan,
serta
waktu
dan
anggaran
penelitian semuanya dapat dipersiapan
dan dapat diketahui dalam proposal
penelitian.
3.
Pedoman
Pelaksanaan Penelitian
Dari
proposal penelitian, diketahui kegiatan apa saja
yang
akan
dilakukan baik dari jenis kegiatan maupun waktu
pelaksanaan
kegiatan.
4.
Kejelasan
Kegiatan Penelitian
Dengan menggunakan proposal
yang baik, kegiatan penelitian yang
akan dilakukan menjadi lebih jelas. Dengan menggunakan proposal, efisiensi waktu penelitian dapat ditingkatkan, kemungkinan
kesalahan penelitian dapat dikurangi, dan pad umumnya akan menghasilkan kualitas penelitian yang
lebih tinggi.
5. Kemudahan
Evaluasi Penelitian
Dari
proposal penelitian
dapat diketahui kegiatan apa saja
yang harus,
tidak perlu,
atau
tidak mungkin
dapat dilaksanakan. Pembimbing penelitian, konsumen penelitian, serta pihak lain yang terkait dapat mengetahui kegiatan apa saja yang akan dilakukan oleh peneliti dan dapat
memberikan saran atau koreksi sesuai dengan fungsi dan kepentingan masing‐masing.
6.
Proteksi
Pelaksanaan Penelitian
Proposal yang sudah disusun
dan disetujui berbagai pihak yang terkait dapat menjadi ”pelindung” peneliti dari permintaan perubahan kegiatan penelitian. Dengan menunjukan proposal, campur tangan dari berbagai pihak lain dapat dihindarkan, karena apa yang diminta
tidak tertulis dalam proposal.
7.
Persetujuan Peneliti dan Manajer
Dari
proposal akan diketahui
batasan sejauh mana informasi yang
akan diperoleh manajer,
sehingga akan dapat mengurangi harapan yang akan berlebihan
dari manajer.
b. Manfaat bagi
manajer
1.
Jaminan
Kualitas Peneliti
Proposal penelitian yang diajukan harus memberikan informasi yang diinginkan oleh manajer. Hal ini perlu dilakukan sebelum manajemen mengeluarkan
lebih banyak biaya untuk kegiatan
penelitian yang tidak mempunyai nilai manajerial yang cukup.
2. Persetujuan Metode Penelitian
Metode dan teknik penelitian harus disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi manajer sebelum
penelitian
akan
dilakukan.
3. Kendali Penelitian
Proposal akan berfungsi
sebagai
kendali
pelaksanaan
penelitian,
sehingga manajer akan dapat memperoleh hasil
penelitian dengan menggunakan metode dan teknik sesuai dengan apa yang tertulis
dalam proposal.
4. Prioritas Penelitian
Peneliti menyusun daftar preferensi penelitian atas usulan‐usulan yang
diterima dari manajer.
Daftar ini sangat penting bagi manajer, terutama dalam hubungannya
dengan
kendala waktu dan dana
yang tersedia untuk penelitian.
5. Penilaian Informasi
Dalam rangka penentuan biaya penelitian yang akan dikeluarkan
oleh manajemen,
nilai informasi penelitian merupakan masukan yang sangat penting.
2.2.4.Struktur Proposal Penelitian
1.
Halaman
Judul
Judul penelitian
sebaiknya disusun ringkas‐padat dan menarik.
2.
Ringkasan Eksekutif
Ringkasan eksekutif
merupakan
salah
satu
bentuk
lain
dari
usulan
penelitian yang disajikan secara singkat dan padat sehingga
memungkinkan bagi para sponsor untuk mengetahui
maksud dan tujuan secara cepat dan tepat.
3.
Latar
Belakang
Latar belakang berisi uraian singkat mengenai “lingkungan” di seputar masalah yang
akan diteliti.
4.
Rumusan
Masalah
Namun juga harus diperhatikan susunan paragrafnya, agar suatu
permasalahan dapat diuraikan secara
runtut
dan
focus
dengan
dihasilkannya kata akhir suatu permasalahan yang dapat ditangkap
dan dimengerti oleh pembaca secara
jelas.
5. Tujuan
Penelitian
Bagian ini menjabarkan secara jelas apa saja yang direncanakan untuk dilakukan dalam usulan penelitian.
6.
Studi
Pustaka
Bagian ini melihat kembali
semua penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya ataupun yang sedang dilakukan,
yang memiliki hubungan dengan penelitian yang
akan dilakukan ini.
7.
Manfaat
Penelitian
Penekanan pentingnya dilakukan penelitian ini dapat dijabarkan dalam bagian ini.
8.
Desain
Penelitian
Desain penelitian menggambarkan apa
yang akan
dilakukan
oleh
peneliti,yaitu tahapan yang akan dilakukan, informasi mengenai cara penarikan sample bila diperlukan survei primer,
berapa
besarnya sample, metode pengumpulan data, instrumen penelitan, dan prosedur teknis
penelitan lainnya.
9. Analisis
Data
Dalam bagian ini perlu dijabarkan mengenai metode yang direncanakan dan dasar teoritis
untuk memakai
teori tersebut (dalam analisis data).
10. Bentuk
Laporan
Bagian ini memuat kesimpulan statistik, hasil temuan, rekomendasi, rencana kegiatan, model, rencana
strategi, dan sebagainya
yang
merupakan contoh dari bentuk hasil.
11. Kualifikasi Penelitian
Pada
bagian ini akan
menyebutkan
siapa
saja
yang
terlibat
dalam
pelaksanaan proses penelitian.
Alangkah
baiknya
apabila
disertai
dengan data pribadi atau curiculum
vitae dari peneliti.
12. Anggaran
Dalam penelitian harus diketahui secara
benar pos‐pos apa saja yang dianggarkan dalam pelaksanaan penelitian.
13. Jadwal
Jadwal ini perlu dibuat untuk memperlihatkan gambaran mengenai kapan dan berapa
lama
jangka
waktu
yang
diperlukan untuk melaksanakan setiap langkah dalam penelitian.
14. Daftar Pustaka
Semua kegiatan penelitian memerlukan referensi
atau
kepustakaan
dari banyak sumber untuk menghindari unsur penjiplakan.
15. Lampiran
Lampiran ditujukan untuk
memuat hal‐hal yang perlu
dijelaskan
dalam
penelitian.
2.2.5.Evaluasi Proposal
Suatu usulan penelitian dapat dievaluasi secara formal dan tidak formal.
Evaluasi formal didasarkan pada kriteria yang dibuat oleh sponsor
berdasarkan kebutuhan mereka sebelum
mereka menilai. Evaluasi secara tidak formal penilaiannya didasarkan pada sejauh mana usulan tersebut sesuai dengan kebutuhan
suatu proyek beserta kriterianya, tanpa harus
didokumentasikan secara baik.
Ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan agar suatu usulan
proposal dapat mendapat perhatian pihak sponsor, yakni sebagai berikut:
1. Proposal harus ditampilkan secara rapi,
terstruktur, dan terorganisasi.
2. Topik utama dari proposal hendaknya daoat ditemukan
dan dipahami dengan cepat
dan mudah.
Beberapa pedoman
cara penulisan laporan yang baik:
ƒ Buatlah kalimat sejelas mungkin.
Setiap kalimat haruslah diusahakan dalam bentuk kalimat tunggal
yang sempurna. Usahakan pula agar
setiap paragraf jangan terlalu panjang.
Tulislah buah pikiran yang ada
ke dalam kalimat‐kalimat yang dibagi menjadi beberapa paragraf
dan gunakan sub‐bab, apabila
perlu
untuk
setiap
butir
yang
dianggap penting.
Berhati‐hatilah dalam menggunakan istilah (terminology). Terlebih‐
lebih dalam
suatu
penelitian ilmu social, sikap berhati‐hati
dalam setiap mengemukakan istilah‐istilah
tersebut harus tinggi. Kalau tidak, mungkin dapat
menimbulkan berbagai macam kesalahpahaman. Setiap istilah haruslah didefinisikan secara jelas dan konsisten.
Istilah‐ istilah yang digunakan sebaiknya juga
disesuaikan dengan sasaran/ pembaca laporan.
Gunakan tata bahasa, ejaan, dan tanda‐tanda kalimat (koma, seru, titik
dua,
dan
lain
sebagainya)
yang
baku.
Dengan
demikian
adanya
kemungkinan salah pengertian antara penulis dan pembaca dapat dihindari.
Usahakan menggunakan kalimat langsung
dan positif, serta hindarkan
penggunaan kalimat‐kalimat yang kompleks. Jangan menggunakan kata‐kata yang tidak berguna dan hindarkan penggunaan istilah yang bersifat lokal.
Berilah nomor urut pada setiap bab, sub‐bab, tabel dan diagram secara
konsisten dan memadai.
Hindari cara pemberian nomor urut yang
tidak konsisten dan berlebih‐lebihan.
Gunakan catatan kaki (footnotes) atau bodynotes. Kalau menggunakan
footnotes harus secara konsisten, dan beri nomor secara berurutan
dan
letakkan setiap
catatan
kaki
pada
bagian
bawah
di
masing‐masing
halaman yang bersangkutan. Dapat
pula
kita
mengelompokkan catatan kaki itu di bagian belakang
pada akhir laporan asal saja nomor
urutnya tetap konsisten.
Jika
menggunakan
bodynotes
juga
harus
konsisten, dengan memasukkan tahun saja atau tahun beserta halaman
yang dikutip
0 comments:
Post a Comment