Pengertian Pengendalian Kualitas.
Untuk menjaga konsistensi kualitas
produk dan jasa yang
dihasilkan dan sesuai dengan
tuntutan kebutuhan pasar, perlu dilakukan pengendalian kualitas (quality control) atas aktivitas proses
yang dijalani. Dari pengendalian kualitas yang berdasarkan inspeksi
dengan penerimaan produk yang memenuhi syarat
dan penolakan yang tidak
memenuhi syarat sehingga banyak bahan,
tenaga,
dan
waktu yang terbuang, muncul pemikiran untuk menciptakan sistem
yang dapat mencegah
timbulnya masalah mengenai kualitas agar kesalahan yang terjadi
tidak terulang lagi.
Menurut Vincent Gaspersz, pengendalian kualitas merupakan aktivitas
teknik dan manajemen, melalui mana kita mengukur karakteristik kualitas dari output kemudian membandingkan hasil pengukuran itu dengan spesifikasi output yang
diinginkan pelanggan, serta mengambil tindakan perbaikan yang tepat apabila
ditemukan perbedaan antara perfomansi aktual
dan standar.
Pengendalian kualitas statistik
merupakan teknik penyelesaian masalah yang digunakan untuk memonitor, mengendalikan,
menganalisis, mengelola, dan memperbaiki
produk dan proses menggunakan metode-metode statistik.
Pada dasarnya
perfomansi kualitas dapat ditentukan dan diukur berdasarkan karakteristik kualitas
yang terdiri dari beberapa
sifat atau dimensi berikut:
1. Fisik: Panjang, berat,
diameter, tegangan, kekentalan, dan lain- lain.
2. Sensory
(berkaitan dengan panca indera): rasa, penampilan, warna, bentuk, model, dan lain- lain.
3. Orientasi
waktu: reliability, serviceability,
maintainability, dan lain- lain.
4. Orientasi biaya: berkaitan
dengan dimensi biaya yang menggambarkan harga atau
ongkos dari suatu produk yang harus dibayarkan oleh konsumen.
Pada dasarnya
suatu pengukuran perfomansi kualitas
dapat dilakukan pada tiga
tingkat, yaitu:
1. Pengukuran pada tingkat proses, yang mengukur
setiap
langkah
atau
aktivitas dalam proses dan karakteristik input yang
diserahkan oleh pemasok (supplier) yang mengendalikan karakteristik output yang
diinginkan. Tujuan dari pengukuran
pada tingkat ini adalah mengidentifikasi perilaku yang mengatur setiap langkah dalam proses dan menggunakan ukuran-ukuran ini untuk mengendalikan operasi serta memperkirakan output yang
akan dihasilkan sebelum output itu diproduksi atau diserahkan ke pelanggan.
Beberapa contoh ukuran pada tingkat proses adalah: lama waktu menjawab panggilan telepon, banyaknya panggilan
telepon yang tidak dikembalikan ke pelanggan, konformasi terhadap waktu
penyerahan yang
dijanjikan, persentase material cacat yang diterima dari pemasok, siklus waktu produk (product cycle times),
banyaknya inventori setengah
jadi (work in process inventory), dan lain-lain.
2. Pengukuran
pada tingkat output, yang mengukur
karakteristik output yang dihasilkan dibandingkan terhadap spesifikasi karakteristik yang diinginkan pelanggan. Beberapa contoh ukuran pada tingkat output
adalah: banyaknya unit produk yang tidak memenuhi spesifikasi tertentu yang ditetapkan
(banyak produk cacat), tingkat
efektivitas dan
efisiensi produksi, karakteristik kualitas dari produk yang dihasilkan, dan lain-lain.
3. Pengukuran
pada tingkat outcome, yang mengukur bagaimana baiknya
suatu produk memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Pengukuran pada tingkat outcome merupakan
tingkat tertinggi dalam
pengukuran performansi
kualitas. Beberapa contoh pengukuran pada tingkat outcome adalah: banyaknya keluhan pelanggan
yang diterima, banyaknya produk yang
dikembalikan oleh pelanggan,
tingkat ketepatan waktu penyerahan produk tepat waktu sesuai dengan
waktu yang dijanjikan, dan lain-lain.
0 comments:
Post a Comment