POKOK BAHASAN
·
Masalah dan kesepakatan
·
Pengambilan keputusan
·
Kepastian, resiko, dan ketidakpastian
·
Pendekatan rasional untuk pengambilan keputusan
·
Alternatif pendekatan rasional
·
Efektivitas pengambilan keputusan
Pendahuluan
Pengambilan keputusan (decision
making) merupakan bagian kunci dari kegiatan manajer. Akan tetapi,
pengambilan keputusan khususnya memainkan peran penting bila manajer terlibat
dalam perencanaan. Dalam suatu proses perencanaan, para manajer
memutuskan masalah-masalah seperti apa tujuan organisasi, kesempatan apa yang
akan digunakan, siapa yang akan mengerjakan setiap tugas yang diperlukan.
Keseluruhan proses perencanaan melibatkan para manajer dalam suatu rangkaian
situasi pengambilan keputusan yang berkesinambungan.
Beberapa pengertian tentang
pengambilan keputusan adalah sama diantaranya menurut Stoner (1996) pengambilan keputusan menggambarkan
proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan
masalah. Kemudian menurut Chuck Williams (2001) pengambilan keputusan adalah proses
memilih suatu pemecahan masalah dari beberapa alternatif yang tersedia. Menurut
T. Hani Handoko (1999) pengambilan
keputusan didefinisikan sebagai penentuan serangkaian kegiatan untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
Tipe
Keputusan
Tipe-tipe
Keputusan
Dalam pembuatan keputusan para manajer harus berhati-hati
dan memilih keputusan yang paling rasional dan paling sesuai dengan kebutuhan
yang ada. Berbagai jenis keputusan adalah sebagai berikut:
1.
Keputusan terprogram
2.
Keputusan tidak terprogram
3.
Keputusan dengan kepastian, resiko, dan
ketidakpastian.
Pengambian
keputusan adalah tindakan memilih satu alternatif dari beberapa alternatif.
Pengambilan keputusan adalah proses dalam mengenali masalah-masalah dan
peluang-peluang untuk kemudian dipecahkan. Pengambilan keputusan mengharuskan
adanya usaha baik sebelum ataupun sesudah dibuatnya pilihan yang nyata.
Keputusan dalam manajemen biasanya
dibagai kedalam dua kategori yang terprogram dan yang tidak terprogram.
Keputusan yang terprogram biasanya terjadi pada kondisi yang sudah sering
terjadi sehingga bisa dibuat aturan dalam mengambil keputusan. Sedangkan keputusan yang tidak terprogram
dibuat untuk situasi yang unik, sulit dikenali dan tidak terstruktur dan membawa
konsekwensi penting bagi organisasi. Kebanyakan keputusan tidak terprogram
berkaitan dengan perencanaan strategis.
Satu perbedaan utama antara
keputusan terprogram dan tidak terprogram ada dalam kaitan tingkat kejelasan
dan ketidak jelasan yang harus ditangani manajer dalam mengambil keputusan.
Tidak semua informasi mudah didapatkan oleh manajer, karenanya manajer akan
menghadapi situasi tentang ketersediaan informasi dan kemungkinan kegagalan.
Situasi tersebut dapat dibedakan dalam 4 kategori yaitu ; kejelasan, risiko,
ketidak-jelasan dan ambiguitas.
·
Kejelasan,
artinya semua informasi yang diperlukan oleh pihak pengambil keputusan tersedia
sepenuhnya.
·
Risiko,
artinya adalah bahwa sebuah keputusan harus memiliki tujuan-tujuan yang jelas
dan informasi yang baik selalu tersedia, tetapi hasilnya dimasa depan yang
berhubungan dengan setiap alternatif belumlah pasti.
·
Ktidak
pastian, artinya adalah bahwa manajer
mengetahui tujuan mana yang akan dicapainya, tetapi informasi tentang
alternative-alternatif dan peristiwa dimasa depan tidaklah lengkap.
·
Ambiguitas,
berarti bahwa tujuan-tujuan yang akan dicapai atau permasalahan-permasalahan
yang hendak dipecahkan tidaklah jelas, alternative sangat sulit ditentukan dan
informasi mengenai hasilnya nanti tidaaklah tersedia.
Pendekatan Rasional Untuk pengambilan
Keputusan
Pendekatan-pendekatan
yang sering digunakan seorang manajer untuk mengambil keputusan ada 3 jenis,
yaitu model klasik, model administrative dan
model politis. Model mana yang akan dipakai, semuanya tergantung pada pilihan
manajer.
·
Model
Klasik dalam pengambilan keputusan didasarkan pada asumsi ekonomi rasional dan
keyakinan manajer tentang seperti apakah seharusnya pengambilan keputusan yang
ideal itu.
o
Empat
asumsi yang menggarisbawahi model ini adalah sbb:
§
Pengambil
keputusan bekerja untuk mencapai tujuan-tujuan yang sudah diketahui dan
disepakati.
§
Pengambil
keputusan bekerja keras dalam kondisi ketidakpastian, dengan mengumpulkan
informasi yang lemngkap. Semua alternative dan hasil yang mungkin didapatkan
harus dipertimbangkan.
§
Kriteria
untuk mengevaluasi pilihan alternative harus diketahui. Pengambil keputusan
memilih alternative yang akan memaksimalka laba bagi organisasi.
§
Pengambil
keputusan adalah orang yang rasional dan menggunakan logika untuk menetapkan
nilai-nilai, membuat pilihan, mengevaluasi alternative, dan mengambil keputusan
yang akan memaksimalkan pencapaian tujuan organisasi
·
Model
Administratif, bersifat deskriptif, yang artinya, model ini menggambarkan
bagaimana manajer benar-benar melakukan pengambilan keputusan dalam situasi
yang kompleks, dan bukannya mendikte bagaimana manajer seharusnya mengambil
keputusan berdasarkan teori ideal.
Dua konsep yang berperan dalam membentuk
model administratif yaitu rasionalitas yang terbatas dan pemuasan. Rasionalitas
yang terbatas berarti bahwa manusia memiliki keterbatasan atau batas-batas
dalam kemampuannya untuk berpikir
rasional.
Dikarenakan manajer tidak memiliki waktu atau
kemampuan kognitif untuk memproses informasi yang lengkap tentang sebuah
keputusan yang kompleks, merekapun harus melakukan pemuasan. Pemuasan berarti seorang pengambil
keputusan memilih alternative solusi pertama yang dapat memuaskan kriteria
minimal dalam membuat sebuah keputusan yang baik. Asumsi yang digunakan adalah
:
§
Tujuan-tujuan
dari pengambilan keputusan sering kali tidak jelas, bertentangan, dan kurang
adanya consensus di antara para manajer
§
Prosedur
rasional tidak selalu digunakan, dan ketika prosedur rasional digunakan,
prosedur ini dibatasi hingga menjadi sebuah cara sederhana dalam memandang
masalah yang tidak menangkap kompleksitas darihal-hal yang sebenarnya terjadi
dalam organisasi.
§
Pencarian
untuk menemukan alternative yang dilakukan oleh manajer bersifat terbatas
karena manusia, informasi, dan sumber-daya pun bersifat terbatas.
§
Sebagian
besar manajer akhirnya melakukan pemuasan daripada mencarisolusi yang paling
baik, sebagian karena manajer-manajer tersebut memiliki keterbatasan informasi
dan sebagianlagi karena mereka hanya memiliki criteria yang tidak jelas untuk
mencari solusi yang paling baik.
Aspek lainnya dari pengambilan keputusan
dengan model administrative adalah intuisi. Intuisi adalah pemahaman yang cepat
terhadap situasi genting berdasarkan pengalaman dimasa lalu tetapi tanpa
pemikiran yang sadar.
·
Model
Politik, adalah model pengambilan keputusan yang sangat berguna dalam membuat
keputusan yang tidak terprogram ketika situasinya tidak jelas, informasinya
terbatas, dan adanya konflik antara manajer tentang tujuan yang akan dicapai
atau tindakan apa yang akan dilakukan.
Sebuah koalisi adalah sebuah aliansi tidak resmi diantara
manajer-manajer yang mendukung sebuah tujuan tetentu. Modelpolitik sangatlah
mewakili lingkungan politik yang asli dimana
sebagian besar manajer dan para pengambil keputusan bekerja. Model
politik dimulai dengan 4 asumsi dasar :
§
Organisasi
terdiri dari kelompok-kelompok dengan kepentingan, tujuan, dan nilai-nilai yang
beragam. Para manajer biasanya tidak sepakat dengan dalam menentukan priorotas
masalah dan mungkin tidak mengerti atau memiliki tujuan dan kepentingan yang
sama dengan sesame manajer lain.
§
Informasi
seringkali ambigu dan tidak lengkap. Usaha untuk mengambil keputusan dengan
raasional terbatasi oleh kompleksitas banyak hal dan juga batasan-batasan yang
datang dari diri sendiri ataupun organisasi.
§
Para
manajer tidak memiliki waktu, sumber daya, atau kapasitas mental untuk
mengenali semua dimensi masalah dan memproses semua informasi yang relevan.
Manajer saling berbicra satu sama lain dan bertukar pikiran guna mengumpulkan
informasi dan mengurangi ambiguitas,
§
Manajer
terlibat dalam perdebatan untuk memutuskan tujuan-tujuan dan mendiskusikan
alternative-alternatifnya. Keputusan adlah hasil dari taawar-menawar dan
diskusi diantara anggota koalisi.
Langkah-langkah dalam Pengambilan
Keputusan
Ada
6 langkah yang dianggap sebagai proses pengambilan keputusan. Langkah-langkah
tersebut adalah :
1. Pengenalan Syarat-syarat Sebuah
Keputusan
Kesadaran akan masalah dan peluang
merupakan langkah awal dalam pengambilan keputusan. Masalah muncul ketika
pencapaian organisasi kurang dari tujuan yang telah ditentukan sedangkan
peluang muncul ketika manajer melihat pencapaian potensial yang melebihi tujuan
organisasi saat itu.
2. Diagnosis dan Analisis Sebab-Akibat,
Diagnosis merupakan langkah dalam
proses pengambilan keputusan dimana manajer menganalisis factor-faktor sebak
akibat penting yang berhubungan dengan situasi penting.
3. Pengembangan Alternatif
Tahap selanjutnya adalah membuat
solusi alternative yang akan menjawab kebutuhan yang ada dan memperbaiki
sebab-sebab yang mendasarinya.
4. Seleksi Alternatif yang Dikehendaki
Setelah beberapa alternative berhasil
dikembangkan, organisasi harus memilih satu alternative. Alternatif terbaik
adalah yang solusinya paling sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai keseluruhan
organisasi, serta mencapai hasil yang dikehendaki dengan menggunakan sumber
daya paling sedikit.
5. Penerapan Alternatif Terpilih
Tahap penerapan adalah tahap dimana
kemampuan manajerial, administrative dan persuasive yang dimiliki seorang
manajer akan digunakan untuk menjamin bahwa alternative terpilih akan
dijalankan
6. Evaluasi dan Umpan Balik
Pada tahap evaluasi, yang merupakan bagian proses
pengambilan keputusan, para pengambil keputusan akan mendapatkan informasi
tentang seberapa baiknya mereka menerapkan keputusan yang telah mereka ambil
dan apakah penerapan ini efektif dalam mencapai tujuan mereka.
Pengambilan Keputusan dalam Islam
Allah
mewajibkan kepada muslimin untuk saling bertukar pendapat antara pemimpin dan
bawahan dalam semua level manajemen dan kepemimpinan, serta untuk berbagai
urusan. (QS.26:38) …Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara
mereka…….. Rasulullah juga memerintahkan untuk bermusyawarah dalam segala
persoalan, sesuai dengan firman Allah, (QS.3:159) “Dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu (maksudnya : urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya,
seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.
Dalam menjalankan pemerintahannya,
rasulullah selalu berpegang teguh pada konsep syura, dan meminta pendapat para
sahabat yang memiliki keahlian dan pengalaman untuk menyelesaikan persoalan,
baik dalam bidang politik, ekonomi, peperangan ataupun manajemen pemerintahan.
Seringkali Rasul menggunakan pendapat para sahabatnya sebagai pijakan untuk
menetapkan keputusan.
Rasulullah membentuk majelis syura
yang beranggotakan 14 orang dari para sahabat pilihan yakni para sahabat yang
berpengetahuan luas dan tajam analisisnya, memiliki kelebihan intelektual,
tingkat keimanan yang tinggi dan rajin mendakwahkan Islam. Anggota majelis
syura ini terdir dari sahabat Muhajirin dan Anshar, diharapkan keputusan yang
diambil bersifat komprehensif dan mengakomodir kepentingan semua golongan.
Dalam memutuskan persoalan yang
besar, Khalifah Umar r.a. selalu bermusyawarah dengan para sahabatnya dan
berkata “ Pendapat satu orang seperti jahitan pakaian yang tipis, pendapat dua
orang akan memperkuat jahitan, dan pendapat tiga orang dan lebih, tidak akan
pernah rusak”
Dalam syura, terdapat kekuatan dan
keterkaitan antara kaum muslimin.. Syura mendorong munculnya pemikiran
kolektif, pemahaman bersama, dan menguatkan rasa ukhuwwah (persaudaraan)
diantara kaum muslimin. Islam mendorong umatnya untuk menguatkan persatuan dan
persaudaraan diantara kaum muslimin.
Melalui QS.3:103 Allah memerintahkan
untuk bersatu dan tidak bercerai-berai. Dalam ayatnya yang lain QS 8:46 Allah
memperingatkan agar tidak saling bertentangan. Rasulullah menganggap bahwa
keluar dari jamaah dan kesepakatan yang telah terbentuk dalam musyawarah, dan
mengganti pendapat pribadinya dalam bentuk kemurtadan jahiliyah.
Semua indikasi ini menguatkan bahwa
konsepsi syura merupakan konsep dasar dalam manajemen Islam. Ketika sudah
sepakat atas suatu perkara, maka wajib dikuatkan, diikuti dan dilaksanakan
tanpa ada pertentangan dan permusuhan terhadap keputusan musyawarah jamaah.
Pengambilan Keputusan Kelompok yang
Inovatif
Dengan
berkelompok atau berjamaah, maka ada beberapa cara untuk membuat keputusan
berkelompok yang inovatif dengan cara sebagai berikut :
§
Brainstorming
(curah gagasan)
Brainstorming
mengharuskan adanya sekelompok orang yang berkumpul secara langsung untuk
memberikan alternative-alternatif denganc akupan yang sangat luas secara
spontan untuk melakukan pengambilan keputusan. Cara yang efektif untuk melakukan
brainstorming adalah :
a.
Setiap
orang dapat mengembangkan ide milik orang lain
b.
Semua
ide dapat diterima, meskipun ide tersebut kedengaran gila
c.
Kritik
dan evaluasi tidak boleh disertakan.
Tujuan
dari brainstorming adalah untuk mengumpulkan ide sebanyak mungkin.
Brainstorming merupakan cara yang
efektif untuk menciptakan alternative-alternatif solusi dalam cakupan yang
sangat luas. Namun demikian brainstorming memiliki kekurangan yaitu :
a)
Kadang-kadang
dalam satu kelompok orang ingin mencocokkan pendapat dengan pendapat teman,
b)
Ada
orang yang ingin memuaskan bosnya dengan menyamakan pendapatnya.
c)
Orang
yang memiliki hambatan dalam bersosialisasi sering tidak kreatif ketika diminta
pendapatnya saat berhadapan dengan
banyak orang.
d)
Orang
yang diminta pendapatnya secara sendiri sering lebih bagus daripada ketika
dalam kelompok.
Hambatan
tersebut saat ini diatas bisa diatasi dengan melakukan brainstorming dengan
elektronik, menggunakan media computer. Penelitian telah menunjukkan bahwa
dengan cara menuliskan gagasan secara elektronik yang bersifat anonym maka
didapatkan ide 40% lebih banyak daripada brainstorming
terpisah dan 25 serta 100% lebih banyak daripada brainstorming bersama-sama. Dengan cara ini setiap orang bebas
memberikan pendapatnya secara langsung tanpa harus menunggu giliran untuk
bicara dalam kelompok yang berhadapan langsung.
§
Terlibat
dalamperdebatan yang sengit
Kunci
penting dalammembuat keputusan yang baik adalah dengan melakukan perdebatan
yang sengit mengenai permasalahan yang ada. Konflik yang bersifat membangunn
yang berdasarkan pemikiran yang beragam dapat memfokuskan suatu masalah,
membuat ide menjadi jells, memicu pemikiran kreatif, menciptakan pemahaman
terhadap masalah dan menciptakan alternative-alternatif serta meningkatkan
kualitas keputusan yang diambil.
Perlu diperhatikan bahwa setelah melalui
perdebatan yang sengit, dan akhirnya diambil sebuah keputusan, maka setiap
oranag yang barada dalam majelis tersebut harus sepakat dan menyetujui
keputusan yang diambil serta tidak berkhianat. Hal ini telah diperingatkan oleh
Rasulullah. Belai bersabda : “Barang siapa keluar dari ketaatan, danmemisahkan
diri dari jamaah, kemudian ia mati maka ia mati jahiliyah”
§
Hindari
Groupthink
Ketidak sepakatan dan konflik akan bersifat lebih
sehat daripada kesepakatan buat. Ketika anggota suatu kelompok saling menyukai
satu sama lain, mereka cenderung menghindari hal-hal yang mungkin
akanmenciptakan ketidak harmonisan. Groupthink adalah kecenderungan anggota
kelompok untuk tidak mengutarakan opini yang bertentangan. Hal ini akan
menyebabkan kemungkinan untuk tidak mendapatkan keputusan yang berkualitas.
Selain itu juga menyebabkan pertentangan tersembunyi yang akan berpotensi
menjadi besar sampai menuju perpecahan
0 comments:
Post a Comment