Bagaimana dalam Konteks Industri Perbankan di Indonesia?
Bagi
industri perbankan, kasus-kasus pemasaran dapat dijadikan semacam proyeksi
dalam menerapkan strategi menghadapi gempuran perubahan. Kompetitor yang muncul
bukan hanya sesama pemain dalam industri perbankan, tetapi juga lembaga
keuangan bukan bank, misalnya modal ventura, reksadana, pasar modal, BMT dan
sebagainya.
Dalam
konteks perbankan nasional telah terjadi revolusi yang sangat fundamental.
Berawal dari serangkaian kebijakan deregulasi di sektor keuangan, khususnya
menyangkut bidang perbankan dan moneter yang juga menandai berakhirnya represi
keuangan (financial repression) dan
di mulainya liberalisasi keuangan perbankan (financial liberalization).
Kehadiran
kebijakan Paket Juni (pakjun) 1983,
Paket Oktober (pakto)1988 dan
paket-paket berikutnya menyebabkan persaingan semakin kompetitif dan nasabah
menjadi semakin selektif karena keberadaan penawaran produk yang semakin
meningkat. Paradigma yang menekankan pada berbagai upaya mendapatkan laba
dengan cara menjual sebanyak-banyaknya agar mencapai laba maksimal (selling concept) menjadi usang. Dahulu selling concept memang membuahkan hasil
karena pasarnya adalah pasar penjual (seller’s
market). Namun kondisi saat ini, yaitu pasokan melebihi permintaan, maka
upaya mendongkrak penjualan tidak mampu memecahkan persoalan jangka panjang
perusahaan.
Customer Driven Company
Keberhasilan bisnis perbankan dewasa ini
sangat ditentukan kepuasan nasabahnya. Hal tersebut sejalan dengan pandangan
para ahli pemasaran bahwa pelanggan adalah faktor kunci keberhasilan pemasaran (Assael,
1998; Dharmesta & Handoko, 2000). Dalam buku terbarunya ”Beyond Maxi Marketing”,
Stan Rapp dan Collins (dikutip dalam
Kertajaya, 1999) berpendapat bahwa kondisi saat ini konsumen akan semakin
pintar, minta dilayani secara pribadi, minta terlibat dalam pengembangan suatu
produk, makin sensitif dan makin tidak loyal pada merek tertentu. Dengan
demikian permintaan dan harapan-harapan mereka (nasabah) semakin meningkat.
Dalam
persaingan yang semakin tajam, program-program pengembangan kualitas produk
bagi pengembangan kualitas untuk kepuasan nasabah menjadi hal yang bersifat fardlu
’ain (wajib secara individual). Dalam situasi tersebut, sikap dan perilaku
nasabah kritis dan cerdas. Oleh karena itu bank harus dapat dan mau mengerti
arti nilai suatu produk di mata nasabah, agar dapat memuaskan kebutuhan mereka.
Dalam
pandangan Kertajaya (1999) telah terjadi pergeseran orientasi perusahaan dari
pemasaran yang masih berorientasi perusahaan (marketing oriented company) menjadi perusahaan yang fokus pada
pelanggan (custoner driven company).
Pergeseran tersebut dipicu oleh situasi persaingan pada saat itu. Apabila
situasi persaingan rendah atau bahkan tidak ada persaingan, maka pemasaran
tidak atau belum terlalu dibutuhkan perusahaan. Apabila dalam situasi
persaingan yang semakin keras maka fungsi pemasaran menjadi semakin penting di dalam
perusahaan. Sedangkan pada situasi persaingan yang sangat keras, tidak dapat
diduga dan kacau, maka pemasaran harus menjadi jiwa setiap orang di dalam
perusahaan tersebut.
Pada
kondisi persaingan yang sangat keras di atas, jiwa organisasi adalah pemasaran.
Dari sisi struktur organisasi, mungkin tidak ada departemen pemasaran atau
bahkan istilah pemasaran telah hilang dari badan organisasi, namun setiap
departemen dan unit memiliki jiwa pemasaran. Kombinasi pemasaran yang dibangun
perusahaan telah bergeser dari 4-P (product,
price,place, promotion) menjadi 4-C, yaitu sebagai berikut:
- Customer solution (solusi untuk pelanggan) artinya perusahaan berpandangan bahwa produk akan semakin bermakna apabila dapat memberikan solusi bagi atas masalah yang dihadapi pelanggannya.
- Cost (biaya dari sisi pelanggan) artinya perusahaan seharusnya melihat penetapan harga (price) sebagai suatu konsekuensi finansial secara total yang merupakan beban bagi pelanggan.
- Convenient channel, merupakan refleksi dari timbulnya bermacam-macam cara pelanggan membeli produk. Produsen tidak bisa hanya mengandalkan distributor konvensional, tetapi harus memberikan berbagai pilihan bagi konsumen dalam mendapatkan produk.
- Communication, interaksi yang bersifat dua atah merupakan revolusi besar dari bauran pemasaran (marketing mix) yang berkonotasi satu arah.
0 comments:
Post a Comment