A.
BIAYA HUTANG
Biaya hutang dapat didefinisikan sebagai bagian yang
harus diterima dari suatau investasi agar tingkat hasil minimum para kreditor
terpenuhi. Jika perusahaan menggunakan obligasi sebagai sarana untuk memperoleh
dana dari hutang jangka panjang, maka biaya hutang adalah sama dengan Kd atau
Yield To Maturity (YTM) yaitu tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemegang
atau pembeli obligasi. Biaya hutang dapat dicari dengan cara:
ki = k(1 - t)
Dengan cara
lain, cost of debt bisa ditentukan dengan rumus :
ki = Ct/I0
(1 – t)
Keterangan :
ki
= biaya utang
Ct
= biaya modal utang konstan
I0
= arus kas penerbitan surat berharga
k
= internal rate of return or yield
t
= marginal tax rate
Contoh
:
Apabila perusahaan dapat menjual
obligasi dengan jangka waktu 20 tahun dengan coupon rate sebesar 9%, coupon
rate dan nilai arus kas bersih atau (after underwriting expenses) sebesar
Rp1.000.000,- dengan nilai obligasi sebesar Rp1.000.000,- , nilai k
diperkirakan 9%. Dengan asumsi tarif pajak 50%, maka berapa besarnya biaya
modal utang.
Jawab :
ki
= k(1 – t)
ki
=9% (1 – 0.50) = 4.50%
Biaya hutang ini merupakan biaya
hutang sebelum pajak (pre-tax cost). Dalam menghitung WACC, yang relevan
adalah biaya hutang setelah pajak (after-tax cost debt).
Biaya hutang sesudah pajak = Biaya hutang sebelum pajak x (1 - tingkat
pajak)
B.
BIAYA LABA
DITAHAN
Biaya laba ditahan adalah sama
dengan Ks atau Tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham biasa
perusahaan yang bersangkutan. Ada 3 cara untuk menghitung Ks yaitu:
- Pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model).
Salah satu pendekatan untuk mengistimasi biaya laba
ditahan adalah menggunakan model penetapan harga aktiva modal (capital asset
pricing model).
Ks = krf + (kM – krf) . bi
Ks = Bunga bebas
resiko + premi resiko
Keterangan :
Ks = tingkat
keuntungan yang disyaratkan pada saham perusahaan i,
krf = bunga bebas resiko,
kM = tingkat
keuntungan yang disyaratkan pada portofolio pasar/index pasar,
bi = beta (ukuran
risiko sistematis) saham perusahaan i
Contoh :
Untuk mengilustrasikan pendekatan CAPM, asumsikan
bahwa krf = 8%, km = 13% dan bi = 0.7 untuk sebuah saham. Maka hitunglah
tingkat keuntungannya.
Jawab :
ks = krf + (km - krf) bi
ks = 8% +
(13% - 8%) (0.7)
= 8% + (5%) (0.7)
= 8% + 3.5%
= 11.5%
2.
Pendekatan
Discounted Cash Flow (DCF) model.
Perhitungan harga saham adalah sebagai berikut :
Po = D1 / Ks - g
Kita dapat mencari tingkat keuntungan untuk menemukan
tingkat pengembalian yang diperlukan atas ekuitas saham biasa, yang bagi
investor marginal, juga sama dengan tingkat pengembalian yang diharapkan :
Ks = ks
Keterangan :
D1 = dividen akhir periode
Po = harga saham pada awal periode
g = tingkat pertumbuhan
dividen
Jadi investor memperkirakan akan menerima hasil
deviden, D1/Po + keuntungan modal atau g, atas total pengembalian
yang diharapkan sebesar ks. Metode estimasi biaya ekuitas ini disebut metode
arus kas yang didiskontokan atau DCF (discounted cash flow). Mudah untuk
menentukan hasil deviden, tetapi sulit untuk menetapkan tingkat pertumbuhan
yang layak. Jika tingkat pertumbuhan laba dan deviden di masa lalu relatif
stabil, dan jika investor bermaksud memproyeksikan kecenderungan dimasa lalu
terus berlanjut maka g mungkin didasarkan atas tingkat pertumbuhan historis
perusahaan.
Contoh :
Untuk mengilustrasikan pendekatan DCF, anggaplah saham
allied dijual pada harga $23 dan dividen yang diharapkan selanjutnya adalah
$1.24 dan tingkat pertumbuhan yang diharapkan adalah 8%. Berapakah tingkat
pengembalian yang diharapkan dan diperlukan perusahaan allied.
Jawab
:
Ks = ks
= $1.24 / $23 + 8%
= 5.4% + 8%
= 13.4%
3.
Pendekatan Bond-Yield-Plus-Risk Premium
Membeli saham biasa pada
umumnya lebih berisiko daripada membeli obligasi yang memberikan penghasilan
yang tetap dan relatif pasti. Oleh karena itu investor yang membeli saham biasa
mengharapkan suatu premi risiko diatas tingkat keuntungan obligasi. Premi risiko ini besarnya
tergantung pada kondisi perusahaan dan kondisi perekonomian.
Ks = tingkat keuntungan obligasi perusahaan + premi risiko
Contoh :
Sebuah perusahaan yang sudah mapan seperti Southern
Bell memiliki oblligasi yang memberikan hasil 8% sedangkan premmi resiko
diketahui 4% maka berapakah biaya ekuitasnya.
Jawab :
Ks = hasil obligasi + premi risiko
Ks = 8% + 4%
= 12%
C.
BIAYA SAHAM
BARU
Biaya saham biasa baru atau
external equity capital (Ke) lebih tinggi dari biaya laba ditahan (Ks)
karena penjualan saham baru memerlukan biaya peluncuran/emisi saham atau
flotation cost. Flotation cost akan mengurangi
penerimaan perusahaan dari penjualan saham.
Ke =
Keterangan :
Ke = biaya saham
biasa baru
Po = harga jual saham
F = flotation cost
D1= dividen saham pada t = 1
g = dividen growth
contoh :
Investor menanamkan modal $100 per saham, namun
perusahaan hanya menerima dan menginvestasikan $90 per saham. Biaya flotasi
yang dikeluarkan atas penerbitan tersebut 10%. Jadi, kita melihat bahwa $90
harus menghasilkan lebih dari 15% untuk memberi investor pengembalian sebesar
15% atas $100 yang mereka tanamkan. Dengan kata lain, uang yang dikumpulkan
dari penjualan saham baru harus diinvestasikan dengan lebih baik daripada uang
yang dikumpulkan dengan menahan laba. Sekarang anggaplah perusahaan
menghasilkan pengembalian atas aktiva baru sebesar $90.000.
Jawab :
Ke =
=
Flotation cost adjustment = DCF Ke-DCF Ks
Perlu diketahui bahwa untuk menaksir Ke
hanya menggunakan 1 metoda yakni discounted cash flow sedangkan untuk
menghitung Ks digunakn 3 metoda. Tapi Ke dapat dihitung
pula dengan metoda CAPM dan Bond-Yield-plus-Risk premium dengan menggunakan rumus:
Ke = Ks + flotation cost
adjustment
D.
BIAYA SAHAM
PREFEREN
Biaya saham preferen adalah
tingkat keuntungan yang dinikmati pembeli saham preferen atau Kpn =
Keterangan ;
Kp = biaya saham
preferen
Dp = dividen saham
preferen tahunan
Pn = harga saham
preferen bersih yang diterima perusahaan penerbit (setelah dikurangi biaya
peluncuran saham atau flotation cost)
WEIGHTED
AVERAGE COST OF CAPITAL
Biaya modal yang digunakan untuk menganalisis
keputusan penganggaran modal harus menjadi pengembalian yang diperlukan
perusahaan atas ekuitas. Akan tetapi, kebanyakan perusahaan memperoleh bagian
yang substansial dari modalnya sebagai utang jangka panjang, dan banyak juga
yang menggunakan saham preferen. Berdasarkan perhitungan masing-masing biaya
modal utang, saham biasa, dan biaya modal saham preferen maka rata-rata
tertimbang biaya modal dapat diilustrasikan dalam hitungan berikut ini.
Proporsi Jumlah Modal
Jumlah
|
Proporsi
|
||
Debt
Rp30 juta
30%
|
|||
Preferred
stock
Rp10
juta
10%
|
|||
Common stock
equity
Rp60
juta
60%
Rp100 juta
100%
|
|||
Biaya modal
|
|||
Utang
4.5%
|
|||
Saham
prefern
8.0%
|
|||
Jenis Surat Berharga
|
Proportion
(1)
|
Cost
(2)
|
W.cost
(1) . (2)
|
Utang
|
30%
|
4.5%
|
1.35%
|
Saham prefern
|
10%
|
8.0%
|
0.80%
|
Modal saham biasa
Biaya modal rata-rata tertimbang
|
60%
|
12.0%
|
7.20%
9.35%
|
WACC = Ka = wd.Kd
(1-T) + wp.Kp + Ws (Ks atau Ke)
Setelah membahas komponen mopdal secara individu baru
menghitung biaya modal secara keseluruhan yaitu menghitung Weighted Average
Cost of Capital (WACC) dengan rumus:
Keterangan :
WACC = biaya modal rata-rata tertimbang
wd = persentase hutang dari modal
wp = persentase saham preferen dari modal
Ws = persentase saham biasa atau laba
ditahan dari modal
Kd = biaya hutang
Kp = biaya saham
preferen
Ks = biaya laba
ditahan
Ke = biaya saham
biasa baru
T = pajak (dalam persentase)
Wd, Wp,
Ws didasarkan pada sasaran struktur modal (capital structure)
perusahaan yang dihitung dengan nilai pasarnya (market value). Setiap
perusahaan harus memiliki suatu struktur modal yang dapat meminimumkan biaya
modal sehingga dapat memaksimumkan harga saham.
Contoh :
Untuk mengilustrasikan WACC allied food memiliki
target struktur modal yang terdiri dari 45% utang, 2% saham preferen dan 53%
ekuitas saham biasa. Biaya utang sebelum pajak adalah 10%. Biaya utang setelah
pajak Kd (1 – t) = 10% (0.6) = 6.0%. biaya saham preferen adalah
10.3%, biaya ekuitas saham biasa dari laba ditahan 13,4%, tarif pajak marginal
adalah 40%. Berapakah biaya modal rata-rata tertimbang.
Jawab :
WACC = Ka = wd.Kd
(1-T) + wp.Kp + Ws (Ks atau Ke)
= 0.45(10%) (0.6) + 0.02(10.3%) + 0.53(13.4%)
= 10.0%
Ø
SKEDUL
MARGINAL COST OF CAPITAL
Marginal Cost of Capital (MCC)
adalah biaya memperoleh rupiah tambahan sebagai modal baru. Pada umumnya, biaya
marjinal modal akan meningkat sejalan dengan meningkatnya penggunaan modal.
Titik dimana MCC naik tersebut disebut Break Point. Break point akan terjadi
dalam skedul Marginal Cost of Capital (MCC) apabila jumlah modal ekuitas yang
diperukan untuk membiayai anggaran modal perusahaan melebihi laba ditahannya.
Pada saat itu, biaya modal akan mulai meningkat karena perusahaan harus
menggunakan ekuitas dari luar yang lebih mahal.
Ø
Skedul MCC
dengan depresiasi
Selain saham biasa baru dan laba
ditahan, perusahaan dapat pula memanfaatkan depresiasi. Depresiasi biasanya
ditunjukkan untuk mengganti aktiva yang telah habis usianya. Tapi bagi perusahaan depresiasi ini merpakan arus kas yang dapat
dipergunakan untuk investasi pada aktiva perusahaan (reinvesment).
Dengan demikian, depresiasi dapat memperpanjang break point atau menunda
kenaikan WACC. Biaya penggunaan dari depresiasi (cost of depreciation)
adalah sebesar WACC sebelum perusahaaan menggunakan dana yang berasal dari
emisi saham baru.
Langkah-langkah
membuat kurva bobot biaya marjinal modal yaitu:
- Menentukan campuran pembiayaan
- Memperkirakan kapan bobot biaya modal akan meningkat
- Hitung biaya masing-masing sumber secara sendiri-sendiri
- Mencari bobot biaya marjinal modal
- Membandingkan hasil-hasil investasi dengan bobot biaya
Ø
FAKTOR-FAKTOR
YANG MENENTUKAN BIAYA MODAL
Variabel-variabel
penting yang mempengaruhi biaya modal antara lain:
1.
Keadaan-keadaan umum perekonomian.
Faktor ini menentukan tingkat
bebas risiko atau tingkat hasil tanpa risiko.
2.
Daya jual saham suatu perusahaan.
Jika daya jual saham meningkat,
tingkat hasil minimum para investor akan turun dan biaya modal perusahaaan akan
rendah.
3.
Keputusan-keputusan operasi dan pembiayaan yang dibuat manajemen.
Jika manajemen menyetujui
penanaman modal berisiko tinggi atau memanfaatkan utang dan saham khusus secara
ekstensif, tingkat risiko perusahaan bertambah. Para investor selanjutnya
meminta tingkat hasil minimum yang lebih tinggi sehingga biaya modal perusahaan
meningkat pula.
4.
Besarnya pembiayaan yang diperlukan.
Permintaan modal dalam jumlah
besar akan meningkatkan biaya modal perusahaan.
Selain itu terdapat juga faktor-faktor biaya modal
yang dapat dikendalikan oleh perusahaan yakni sebagai berikut :
1.
Kebijakan Struktur Modal
Perhitungan WACC didasarkan
pada tarif bunga setiap kompo-nen modal dengan komposisi struktur modalnya.
Sehingga jika struktur modalnya berubah, maka biaya modalnya akan ber-ubah.
2.
Kebijakan Dividen
Penurunan ratio pembayaran
dividend mungkin dapat menye-babkan biaya modal sendiri meningkat, sehingga
MACC-nya naik.
3.
Kebijakan Dividen
Akibat dari kebijakan
investasi akan membawa dampak yang berrisiko. Besar kecilnya risiko
inilah yang akan mempengaruhi biaya modal.
Faktor-faktor
biaya modal yang tidak dapat dikendalikan adalah sebagai berikut :
1.
Tingkat Suku Bunga.
Jika suku bunga dalam
perkonomian meningkat, maka biaya utang juga akan meningkat karena perusahaan
harus membayar pemegang obligasi dengan suku bunga yang lebih tinggi untuk
memperoleh modal utang.
2.
Tarif Pajak.
Tarif Pajak digunakan dalam
perhitungan biaya utang yang digunakan dalam WACC, dan terdapat cara-cara
lainnya yang kurang nyata dimana kebijakan pajak mempengaruhi biaya modal.
Ø
ASUMSI-ASUMSI
BIAYA MODAL
Asumsi-asumsi
dalam model biaya modal diantaranya:
1.
Risiko bisnis bersifat konstan.
Risiko bisnis merupakan potensi
tingkat perubahan return atas suatu investasi. Tingkat risiko bisnis dalam
suatu perusahaan ditentukan dengan kebijakan manajemen investasi. Biaya modal
merupakan suatu kriteria investasi yang hanya tepat untuk suatu investasi yang
memiliki risiko bisnis setingkat dengan aktiva-aktiva yang telah ada.
2.
Risiko keuangan bersifat konstan.
Risiko keuangan didefinisikan
sebagai peningkatan variasi return atas saham umum karena bertambahnya
pemanfaatan sumber pemiayaan hutang dan saham istimewa. Biaya modal dari sumber
individual merupakan fungsi dari struktur keuangan berjalan.
3.
Kebijakan dividen bersifat konstan.
Asumsi ini diperlukan dalam menaksir biaya modal
yang berkenaan dengan kebijakan dividen perusahaan. Asumsi ini menyatakan bahwa
rasio pembayaran dividen (dividen/laba bersih) juga konstan
0 comments:
Post a Comment